Nabi Ayub ‘Alaihissalam - Kisah Kesabaran dan Ganjaran

Ditulis oleh: Saudari Sharifah Syazreen Al-Idrus Estimasi baca: ~6 menit Mode: Dark • Satu Kolom • Fullscreen
Kita sering dengar nama Nabi Ayub ‘Alaihissalam sebagai simbol kesabaran tingkat tinggi. Di bawah ini kisahnya—dengan bahasa santai, tetap menjaga narasi asli, plus beberapa catatan ringan agar makin lengkap dan mudah dibaca.
  1. Garis keturunan dan kehormatan. Nabi Ayub lahir dari keturunan Nabi Ishak, sementara istrinya Rahma dari keturunan Nabi Yusuf, dan ibunda Nabi Ayub dari keturunan Nabi Luth—semuanya dari keturunan Nabi Ibrahim (disebut “The House of Abraham”). Beliau dikaruniai kekayaan, kesehatan, anak yang banyak, iman yang teguh, dan dihormati kaumnya; saat berdakwah, orang-orang berebut untuk mendampingi dan mendengarkan.
  2. Ujian demi ujian. Allah menarik kekayaan Ayub: harta, rumah, ternak—semua lenyap. Lalu anak-anaknya wafat satu per satu di hadapan beliau. Setiap kali, beliau hanya berkata, “Segalanya milik Allah dan setiap manusia akan pulang kepada-Nya.” Setelah itu, kesehatan beliau pun diambil: sakit berat, organ dalam melemah, penyakit kulit parah hingga orang-orang menjauh. Namun hatinya tetap teguh; beliau tidak mengeluh dan tidak meminta kesengsaraan diangkat—beliau memilih sabar dan ridha.
  3. Rahma yang setia. Yang tersisa hanya sang istri, Rahma, yang menjaga beliau saat sakit, menghabiskan harta untuk obat dan makanan. Ketika uang habis, Rahma mencari kerja, namun ditolak karena orang takut tertular. Ia sedih dan bertanya, “Sampai kapan kita begini?” Ayub menanyakan berapa lama beliau hidup senang (80 tahun) dan berapa lama susah (7 tahun), lalu menjawab, “Bagaimana aku mengeluh jika kesengsaraanku sangat kecil dibanding kesenangan yang Allah beri?” Beliau pun bernazar, jika sembuh, akan merotan istrinya 100 kali karena keluhan itu.
  4. Pengorbanan rambut Rahma. Terdesak, Rahma memotong rambutnya yang panjang untuk dijual demi membeli makanan. Saat Ayub bertanya sumber uang, Rahma takut berkata jujur karena khawatir dimarahi, lalu menyebut ia bekerja. Hingga akhirnya seluruh rambutnya habis terjual. Ketika Ayub mendesak, Rahma membuka penutup kepala—Ayub pun melihat kepalanya telah botak.
  5. Doa dan penyembuhan. Setelah melihat kondisi istrinya, Ayub berdoa memohon pertolongan. Rujukan: Al-Qur’an 21:83. Allah mewahyukan agar Ayub menghentakkan kakinya ke tanah; memancar air sejuk untuk diminum dan mandi. Rujukan: Al-Qur’an 38:42. Ayub minum dan mandi, lalu organ dalamnya pulih, kulitnya diganti kulit baru, kesehatannya kembali bahkan lebih baik. Saat Rahma pulang, ia tak mengenali Ayub karena sudah lama lupa rupa suaminya; Ayub berkata, “Ini aku, Ayub, suamimu. Allah telah mengurniakan aku kesihatan.”
  6. Ganjaran berlipat. Ujian itu untuk menguji sabar dan iman Ayub. Sebagai ganjaran, Allah mengurniakan zuriat dua kali lipat dari sebelumnya. Rujukan: Al-Qur’an 38:43. Dalam sebuah riwayat, saat Ayub mandi, Allah menurunkan belalang-belalang emas, dan Ayub mengumpulkannya sambil bersyukur atas karunia.
  7. Nazar diselesaikan dengan kasih. Ayub masih punya nazar: merotan istrinya 100 kali. Allah mewahyukan cara penuh hikmah: kumpulkan 100 batang lalang, pukul satu kali saja agar nazar lunas. Rujukan: Al-Qur’an 38:44. Dengan itu, nazar selesai—terlihat jelas bagaimana Allah memudahkan hamba yang sabar.
  8. Intisari. Sepahit apa pun hidup, bersabarlah. Ujian bukan tanpa makna; ada waktu panen untuk yang bertahan. Sabar itu berat, tapi ganjarannya besar—dan seringkali datang dengan cara yang membuat kita tersenyum lega.

🧭 Browser: memuat… 💻 OS: memuat… 🌐 IP: memuat… 🏳️ Negara: memuat…
🗺️ Sitemap 🏠 Home
times;