- Kalimullah dan sosok Musa. Nabi Musa digelar Kalimullah, hamba yang berbicara dengan Allah. Kulitnya agak gelap, rambut tebal, tubuh kuat hingga disebut sekali pukulannya bisa mematikan; namun beliau juga gagap. Beliau lahir dari Bani Israel.
- Asal-usul Bani Israel. Bani Israel berasal dari 12 putra Nabi Ya’qub (Israel), tinggal di Palestina dan juga Mesir setelah kisah Nabi Yusuf. Saat Musa lahir, Bani Israel sekitar 600.000 jiwa, jauh lebih sedikit dibanding rakyat Mesir.
- Mimpi Firaun dan kebijakan kejam. Firaun memimpi api dari Baitul Maqdis membakar Mesir kecuali rumah Bani Israel. Ditafsir akan lahir bayi laki-laki dari Bani Israel yang menjadi sebab kejatuhan Firaun. Ia pun memerintahkan pembunuhan bayi laki-laki setiap dua tahun.
- Ibu Musa dan janji Allah. Ibu Musa menyusui hingga kenyang, lalu menghanyutkannya dalam kotak di sungai, dengan janji Allah akan mempertemukan kembali. Kakak Musa membuntuti kotak itu dari kejauhan.
- Bayinya di istana. Kotak itu sampai ke istana dan ditemukan istri Firaun. Ia jatuh sayang dan ingin mengasuhnya. Meski Firaun menolak, akhirnya Musa dibesarkan di istana, tanpa mereka sadar, dialah kelak musuh mereka.
- Disusukan oleh ibunya sendiri. Musa menolak semua ibu susuan, hingga akhirnya ibunya sendiri yang diminta. Janji Allah pun tampak: sang ibu aman keluar-masuk istana tanpa diketahui identitasnya.
- Insiden tak sengaja. Dewasa, Musa tahu Firaun hanyalah manusia. Suatu petang, ia melerai perkelahian dan tak sengaja menumbuk seorang Mesir hingga meninggal. Musa berkata, “Ini kerja setan; sungguh setan menyesatkan.” Lalu ia takut, dan menghindar.
- Mulut yang membongkar. Esoknya, lelaki Israel yang sama bikin ricuh lagi dan berteriak, “Mau bunuh aku seperti kemarin?” Rahasia pun terbuka. Seorang pegawai mengingatkan Musa agar segera kabur; Musa berdoa memohon perlindungan.
- Hijrah ke Madyan. Musa berjalan jauh, kelaparan, memakan daun sampai bibir menghijau. Di sumur Madyan, ia melihat dua gadis yang menunggu karena ayah mereka tua. Musa membantu mereka mengambil air.
- Rumah Nabi Syuaib. Salah satu gadis mengajak Musa menemui ayahnya, Nabi Syuaib. Syuaib menenangkan Musa; putri-putrinya mengusulkan agar Musa bekerja. Syuaib menawarkan pernikahan dengan salah satu putrinya, mahar berupa kerja menggembala minimal delapan tahun.
- Panggilan dari Tursina. Usai masa kerja, Musa pulang ke Mesir bersama istrinya. Di perjalanan malam, ia melihat api terang di Gunung Tursina dan naik ke sana, seolah itu panggilan khusus.
- Dialog yang meneguhkan. Allah menyeru, “Wahai Musa, sesungguhnya Aku Allah.” Untuk menenangkan Musa, Allah bertanya tentang tongkatnya. Saat diminta melempar, tongkat jadi ular besar; lalu diperintah memegangnya, kembali jadi tongkat. Ini latihan: berani, percaya, dan siap mendatangi Firaun. Musa memohon agar Harun mendampingi karena fasih; Allah mengizinkan dan menjanjikan kemenangan.
- Di hadapan Firaun. Musa dan Harun menyampaikan ayat-ayat, mengajak beriman. Firaun sombong, memerintahkan Haman membangun menara tinggi, menuduh Musa penyihir, dan menantang duel dengan seluruh ahli sihir di hari perayaan.
- Duel di alun kota. Sekitar 70 penyihir melempar tongkat, menjadi ular-ular kecil. Musa melempar tongkatnya, menjadi ular besar yang menelan semuanya. Para penyihir tersadar ini bukan sihir; mereka beriman. Firaun murka, menuduh konspirasi.
- Tirani yang berdarah. Firaun mengancam memotong tangan-kaki bersilang lalu menyalib mereka; para penyihir tegar: “Kami kembali kepada Tuhan.” Mereka dibunuh. Firaun melanjutkan genosida: bunuh anak laki-laki Bani Israel; perempuan dibiarkan hidup.
- Suara hati dari dalam istana. Seorang dari keluarga Firaun yang beriman diam-diam menasihati agar tidak membunuh Musa: jika pendusta, ia binasa sendiri; jika benar, membunuhnya akan menghancurkan Firaun. Mereka menahan diri dari membunuh Musa.
- Bangsa yang letih. Bani Israel hampir putus asa. Musa meneguhkan: minta tolong pada Allah dan bersabar; bumi milik-Nya, dan akhir yang baik bagi yang bertakwa. Allah akan membinasakan musuh dan menjadikan kalian khalifah, tunggu saja.
- Lima hukuman beruntun. Datang kemarau, lalu banjir, belalang perusak, kutu penyakit, katak di mana-mana, dan akhirnya air menjadi darah. Setiap kali memohon pada Musa, azab diangkat; setiap kali pula mereka ingkar. Bani Israel terlindungi sepanjangnya.
- Kebanggaan kosong. Firaun bermegah dengan emas, perhiasan, dan hamba yang patuh; menghina Musa yang tanpa perhiasan. Ini adalah puncak kesombongan, mengukur kebenaran dari kilau dunia.
- Doa yang diketuk bersama. Musa berdoa bersama Harun agar harta Firaun dibinasakan dan hatinya tertutup hingga melihat azab. Allah mengabulkan doa mereka.
- Eksodus malam hari. Allah mengilhamkan Musa membawa Bani Israel keluar pada malam hari menuju tepi laut. Firaun marah dan mengejar di pagi harinya.
- Laut yang terbelah. Dengan tongkat, laut terbelah, menjadi koridor raksasa. Bani Israel melintas; dinding air menjulang di kanan-kiri, pemandangan yang membuat siapa pun menelan ludah.
- Kesombongan yang menenggelamkan. Firaun dan pasukannya masuk ke celah itu. Saat Musa sudah menyeberang, ia memukul laut lagi, jalan tertutup, dan seluruh bala tentara tenggelam.
- Pengakuan yang terlambat. Di ujung nyawa, Firaun mengakui Tuhan yang diimani Bani Israel. Namun pintu taubat telah tertutup; pengakuan tanpa waktu tidak menyelamatkan.
- Jasad sebagai tanda. Mayat Firaun terapung, diselamatkan sebagai tanda bagi generasi setelahnya, diabadikan sebagai pelajaran bahwa kuasa manusia tak pernah sebanding dengan kuasa Allah. Begitulah akhir kisah sombong yang mengira dunia ada di telapak tangannya.


🧭 Browser: memuat…
💻 OS: memuat…
🌐 IP: memuat…
🏳️ Negara: memuat…