- Sesudah Musa: kehilangan pedoman. Generasi demi generasi pasca wafatnya Nabi Musa, Bani Israel seperti kehilangan arah. Mereka kalah dalam banyak peperangan dan bahkan kehilangan peti berisi ayat-ayat Allah serta peninggalan Musa dan Harun, rasa kosong makin dalam.
- Talut dipilih, tapi ditolak. Sekitar 500 tahun kemudian, Allah menghadirkan Nabi Yusha. Atas doa Yusha, Allah memilih Talut, berilmu, paling tinggi, dan perkasa, untuk jadi raja. Ironisnya, kaum menolak karena Talut miskin.
- Peti kembali, alasan pun hilang. Allah mengembalikan peti itu lewat para malaikat. Dengan tanda sejelas itu, mereka tak lagi bisa menolak Talut. Saat itu, kaum Jalut (Goliath), para raksasa kuat dengan raja bernama Jalut, bersiap perang. Tinggi Talut pun hanya setinggi bahu Jalut.
- Seleksi di tepi sungai. Talut memimpin 80.000 prajurit. Di sebuah sungai, Allah melarang minum kecuali satu ceduk telapak tangan Rujukan: Al-Baqarah 2:249. 76.000 melanggar. Tinggal 4.000 menyeberang taat, lalu ciut nyali saat melihat pasukan Jalut yang membuat “awan pasir.” Akhirnya tersisa hanya 314 yang siap bertempur.
- Daud dan titik lemah. Jalut menantang tiga kali, tak ada yang maju. Lalu muncul pemuda kecil bertangan lastik: Daud. Ia mengambil tiga batu, melempar, dan satu mengenai dahi Jalut, titik lemah di antara mata. Si raksasa jatuh, perang pun usai. Kemenangan kecil yang mengubah sejarah besar.
- Dari menantu jadi raja, dari hamba jadi nabi. Talut menikahkan putrinya dengan Daud. Usai Talut wafat, Daud menjadi raja dan diangkat sebagai nabi. Kitab Zabur diturunkan, konon suaranya begitu merdu hingga burung-burung ikut bersenandung. Daud juga diberi mukjizat melenturkan besi, mahir membuat perisai.
- Warisan kebijaksanaan. Daud dan istrinya menurunkan Nabi Sulaiman, penerus yang melanjutkan tradisi hikmah. Nabi Daud wafat di usia 100 tahun, meninggalkan teladan: keberanian yang fokus, ibadah yang menenteramkan, dan kekuasaan yang tetap rendah hati.

🧭 Browser: memuat…
💻 OS: memuat…
🌐 IP: memuat…
🏳️ Negara: memuat…