Sitemap Home

Kisah Anas bin Mālik 🤲

Sang Khadim Rasulullah ﷺ yang Dikaruniai Doa Panjang Umur

Browser: Loading... OS: Loading... Lokasi Wafat: Basrah, Irak 🇮🇶

Bab 1: Lahir di Yatsrib & Didikan Sang Ibu Pemberani


Sekitar 10 tahun sebelum hijrahnya Nabi ﷺ ke Madinah (Yatsrib), lahirlah seorang bocah dari suku Khazraj bernama **Anas bin Mālik bin Naḍr**. Tragisnya, ayahnya, Mālik bin Naḍr, wafat ketika Anas masih sangat kecil.

Keteguhan Ummu Sulaim

Anas tumbuh dalam asuhan ibunya, **Ummu Sulaim** (Rumaishah binti Milhān), seorang wanita Anṣār yang imannya kokoh luar biasa. Sejak awal memeluk Islam, Ummu Sulaim dengan lembut membesarkan putranya dalam suasana tauhid, mengajarkannya syahadat, dan membencikan Anas kepada kesyirikan. Rumah mereka sederhana, namun dipenuhi dengan cahaya iman yang menenangkan.

Anas sendiri tumbuh sebagai anak yang cerdas, sopan, dan rajin. Teman-temannya di Yatsrib mengenalnya sebagai bocah yang cepat tanggap dan menyenangkan. Karena ayahnya tiada, ia sudah terbiasa membantu ibunya dalam urusan rumah tangga. Kehidupan penuh kesederhanaan inilah yang kelak membentuk karakternya: **rendah hati, sabar, dan tabah**.

Bab 2: Persembahan Paling Mulia & 10 Tahun Bersama Nabi ﷺ


Menjadi Pelayan Nabi (Khadim Rasulullah)

Ketika **Rasulullah ﷺ hijrah ke Madinah**, seluruh penduduk Anṣār menyambut dengan penuh cinta. Ummu Sulaim, yang hatinya sangat mencintai Nabi, ingin memberikan persembahan terbaik. Namun, ia bukanlah wanita kaya yang bisa menyuguhkan harta atau rumah mewah.

Maka ia pun mendatangi Rasulullah ﷺ dengan penuh keyakinan dan kerendahan hati. Ia berkata:

"Yā Rasūlallāh, ini adalah anakku Anas. Aku ingin menjadikannya sebagai pelayanmu. Ia akan membantumu, berkhidmat untukmu. Doakanlah ia."

Rasulullah ﷺ tersenyum, menerima persembahan mulia itu. Sejak hari itu, **Anas yang berusia sekitar 10 tahun** mulai mengabdi sebagai pelayan pribadi Nabi ﷺ.

Pengabdian Penuh Cinta

Anas kemudian menjadi saksi mata kehidupan Rasulullah ﷺ selama 10 tahun penuh. Ia tidur di rumah Nabi, ikut dalam perjalanan, melayani dalam peperangan, bahkan mengurus kebutuhan kecil beliau. Dari dialah kita mengetahui banyak kisah detail tentang **kelembutan Nabi ﷺ di rumah**.

Anas sendiri pernah menceritakan:

"Aku melayani Rasulullah ﷺ selama 10 tahun. Demi Allah, beliau tidak pernah sekalipun berkata 'Ah' kepadaku. Tidak pernah beliau berkata kepada sesuatu yang aku lakukan: 'Mengapa engkau lakukan?' dan tidak pula pada sesuatu yang tidak aku lakukan: 'Mengapa engkau tidak lakukan?'"

Bayangkan, Anas yang masih anak-anak, tentu kadang salah, lambat, atau lupa. Namun Nabi ﷺ tidak pernah memarahinya, tidak pernah menghardiknya. Itulah yang membuat pengabdian Anas menjadi pengalaman paling indah dalam hidupnya.

Bab 3: Bukti Kelembutan Nabi ﷺ & Doa yang Terkabul


Contoh Kelembutan yang Melekat

Suatu hari, Rasulullah ﷺ menyuruh Anas untuk suatu urusan. Namun di jalan, Anas melihat anak-anak bermain, lalu tanpa sadar ikut bermain. Rasulullah ﷺ mendekatinya, tersenyum, lalu hanya berkata lembut:

"Wahai Unais (panggilan sayang untuk Anas), apakah engkau sudah mengerjakan yang aku titipkan?"

Dengan wajah penuh kasih, Nabi ﷺ tidak memarahi Anas, melainkan menasihati dengan kelembutan yang luar biasa. Dari situlah hati Anas semakin melekat kepada beliau. Tidak ada yang lebih membekas dalam hati Anas selain **akhlak Rasulullah ﷺ yang tiada tandingannya**.

Doa Nabi yang Mengubah Hidup

Suatu ketika, karena kesetiaan Anas, Rasulullah ﷺ mendoakan sebuah doa yang benar-benar mengubah takdir Anas:

"Allāhumma aktsir mālahu wa waladahu wa bārik lahu fīmā a‘ṭaytahu wa aṭil ‘umrah."
("Ya Allah, perbanyaklah hartanya, banyakkanlah anaknya, berkahilah apa yang Engkau karuniakan kepadanya, dan panjangkanlah umurnya.")

Doa ini benar-benar dikabulkan Allah. Anas hidup panjang hingga lebih dari 100 tahun, kaya raya, dan dikaruniai banyak keturunan. Ilmu yang ia miliki pun bermanfaat hingga akhir zaman.

Bab 4: Perpisahan Paling Berat & Menjadi Guru Tabi'in di Basrah


Hari Paling Gelap

Tahun 11 H, ketika Rasulullah ﷺ wafat, hati Anas hancur. Ia yang sudah 10 tahun penuh berada di sisi Nabi ﷺ, kini harus menerima kenyataan pahit. Anas berkata dengan air mata:

"Hari di mana Rasulullah ﷺ masuk ke Madinah adalah hari paling bercahaya. Dan hari ketika beliau wafat, itulah hari paling gelap bagi kami."

Kenangan bersama Nabi ﷺ tak pernah hilang dari hatinya. Setiap kali ia meriwayatkan hadis, ia sering meneteskan air mata, karena teringat kelembutan dan wajah penuh kasih Rasulullah ﷺ.

Peran di Masa Khulafā’ al-Rāsyidīn

Di masa para khalifah, Anas tetap berperan penting.

Ia dikenal sebagai salah satu perawi hadis terbanyak, yaitu sekitar **2.286 hadis**.

Bab 5: Sang Sahabat Terakhir & Warisan Abadi


Anas bin Mālik رضي الله عنه hidup panjang melewati berbagai zaman: dari masa Nabi ﷺ, Khulafā’ al-Rāsyidīn, hingga masa kekuasaan Bani Umayyah. Di Basrah, rumahnya selalu ramai oleh para **ṭābi‘īn** (generasi murid setelah sahabat) yang haus akan hadis Nabi ﷺ.

Kadang, Anas menangis saat meriwayatkan:

"Tidak ada satu pun yang tersisa dari apa yang aku lihat bersama Rasulullah ﷺ… kecuali shalat ini (shalat berjamaah)."

Ungkapan ini lahir dari kesedihan mendalam, karena dunia sudah berubah, sementara akhlak Nabi ﷺ tetap hidup hanya dalam kenangan dan riwayatnya.

Menjelang Wafat

Sekitar tahun **93 Hijriyah**, Anas jatuh sakit di Basrah. Orang-orang dan murid-muridnya berkumpul. Dengan suara lemah ia berkata:

"Ajarkanlah anak-anak kalian hadis Rasulullah ﷺ, karena itu adalah cahaya di hati mereka. Hidupku terasa singkat meski umurku panjang, sebab kenangan bersama Nabi ﷺ adalah yang paling indah dan paling berarti."

Akhirnya, ruh **Anas bin Mālik** kembali kepada Allah. Basrah berduka karena kehilangan **sahabat terakhir dari kaum Anṣār** yang pernah berkhidmat langsung kepada Rasulullah ﷺ. Salah seorang muridnya berkata:

"Hari ini, dengan wafatnya Anas, kita kehilangan pintu yang paling dekat kepada Rasulullah ﷺ."

Warisan Kelembutan Nabi ﷺ

Melalui riwayatnya, umat Islam mengenal bagaimana Nabi ﷺ: bersikap lembut kepada anak-anak, tidak pernah marah karena perkara dunia, sabar menghadapi kesalahan, dan selalu tersenyum. Dari Anas, kita tahu bahwa **akhlak Rasulullah ﷺ adalah al-Qur’an yang berjalan di bumi**.


Yuk, Sebarkan Kisah Akhlak Mulia Ini!


Mari Berdiskusi di Kolom Komentar

(Kolom komentar Facebook akan muncul setelah SDK diinisialisasi.)

times;