🧩Browser: mendeteksi...
💻OS: mendeteksi...
📍Lokasi: Surabaya, Jawa Timur 🇮🇩
ℹ️Tata letak: 1 kolom, wide fullscreen, responsif

Fenomena pengguna biasa yang mulai “menelan pil pahit” karena kurangnya jenis aplikasi tertentu (seperti aplikasi format UWP/APPX dari Windows Store) dan akhirnya beralih melirik Linux adalah hal yang makin sering terjadi. Mereka mencari kebebasan, keamanan, dan efisiensi yang ditawarkan Linux.

Namun, di balik harapan itu, muncul jurang pemisah yang besar: pengguna awam ini sama sekali tidak ingin, dan sebenarnya tidak harus, menyentuh Terminal atau CLI. Mereka terbiasa dengan pengalaman “point‑and‑click” ala Windows atau macOS. Mereka hanya ingin semuanya bekerja dengan lancar, dari instalasi hingga penggunaan harian, cukup dengan mouse dan antarmuka grafis (GUI).

Inilah inti dari masalah yang perlu kita kembangkan.


Jurang pemisah: harapan GUI vs. realitas CLI

Bagi pengguna yang hanya mengenal desktop environment, Terminal adalah momok: simbol kerumitan, “tempat programmer”, atau “langkah terakhir” memperbaiki sesuatu.

Kondisi ini menciptakan kesenjangan pengalaman. Agar Linux menarik bagi ordinary user, gap ini harus ditutup.


Misi desainer distro: pengalaman full mouse/window manager

Misi utamanya: distribusi yang menjamin pengalaman 100% mouse‑driven, dari install sampai harian—berbasis Fedora yang stabil atau Ubuntu yang populer, terserah, yang penting zero‑CLI.

1) Zero‑CLI installation & setup

2) Mengisi kekosongan aplikasi Windows

3) Merinci pengalaman GUI yang hilang (the missing gap)

Pengembang harus benar‑benar bertindak sebagai pengguna biasa: tak menyentuh CLI, dan mencatat setiap momen frustrasi untuk ditutup dengan solusi GUI.

Masalah yang ditemukan Solusi GUI yang dibutuhkan
Drive eksternal NTFS bermasalah saat mounting Tombol “Perbaiki Drive” di File Manager dengan auth kata sandi
Resolusi layar eksternal rumit diatur Panel multi‑monitor intuitif dengan drag‑and‑drop
Pembaruan kernel memicu masalah driver Fitur rollback kernel di panel pengaturan grafis
Tujuan akhirnya: pengguna pindahan berkata, “Wah, ternyata Linux semudah Windows, bahkan lebih baik.”

Konteks tambahan santai

Kalau kita jujur: Terminal itu kuat, tapi bukan identitas wajib. Identitas Linux ke depan mestinya “apa saja bisa dengan mouse”—install, perbaiki, upgrade, bahkan jalankan app Windows. Begitu mouse‑driven sempurna, cerita “Linux susah” akan selesai.

🟢WhatsApp 🔵Facebook X (Twitter) 🔷Telegram

Kolom komentar

times;