Ketika Rasulullah ﷺ menapaki perjalanan agung Isra’ dan Mi‘raj, beliau mencium semerbak harum yang begitu wangi, melebihi segala keharuman dunia. Rasulullah ﷺ pun bertanya kepada Malaikat Jibril عليه السلام tentang sumber aroma tersebut. Maka Jibril menjawab, “Itu adalah wangi **Masyitoh** dan keluarganya, pelayan istana Fir‘aun yang gugur syahid karena mempertahankan imannya.”
Masyitoh adalah seorang pelayan wanita sederhana di istana Fir‘aun, bertugas menyisir rambut putri raja. Walau hidup dalam kemewahan istana, hatinya terpaut hanya kepada Allah ﷻ. Ia mengikuti ajaran Nabi Musa عليه السلام, yang menyeru manusia kepada tauhid dan menentang kesombongan Fir‘aun.
Ujian di hadapan Fir‘aun
Suatu hari, ketika sedang menyisir rambut putri Fir‘aun, sisir yang digenggamnya terjatuh. Tanpa sadar, dari lisannya terucap nama **Allah ﷻ**. Putri Fir‘aun yang mendengar ucapan itu terkejut. Ia tahu, nama itu sangat dimusuhi ayahnya—nama yang dibawa oleh dakwah Nabi Musa عليه السلام. Segera ia melaporkan hal tersebut kepada ayahnya.
Fir‘aun pun murka. Ia memanggil Masyitoh dan bertanya dengan suara menggelegar: “Hai Masyitoh! Kudengar engkau dan keluargamu mengikuti Musa dan Harun! Benarkah itu?”
Dengan hati teguh dan iman yang kokoh, Masyitoh menjawab: “Benar! Aku dan keluargaku beriman kepada Allah, Tuhan yang Esa. Tiada tuhan yang berhak disembah selain Dia, termasuk dirimu, wahai Fir‘aun!”
Mendengar itu, murka Fir‘aun memuncak. Ia mengancam: “Kalau begitu, engkau dan keluargamu akan kumasukkan ke dalam kuali besar berisi minyak yang mendidih!”
Keteguhan seorang ibu
Satu demi satu anak Masyitoh dilemparkan ke dalam kuali panas itu. Namun, dengan iman yang luar biasa, anak-anaknya tetap menguatkan ibunya agar tidak gentar dan tidak kembali pada kekafiran.
Hingga tibalah giliran anak bungsu Masyitoh, seorang bayi yang masih dalam gendongannya. Saat itu hati seorang ibu diuji. Air mata hampir jatuh, keraguan sejenak menyelimuti. Namun, Allah ﷻ menurunkan pertolongan-Nya. Bayi itu diberi kemampuan untuk berbicara, seraya berkata:
“Wahai Ibu! Jangan ragu. Engkau berada di jalan yang benar. Bersabarlah, kelak kita akan berkumpul kembali di surga Allah yang penuh kenikmatan.”
Kalimat itu menguatkan hati Masyitoh. Dengan senyum kepasrahan dan keyakinan penuh pada janji Allah, ia bersama bayinya diceburkan ke dalam kuali mendidih. Ruh mereka terangkat menuju surga, meninggalkan dunia dengan kemuliaan abadi.

Wangi yang dikenang langit
Ratusan tahun kemudian, ketika Rasulullah ﷺ diperjalankan ke langit dalam Isra’ Mi‘raj, beliau mencium wangi semerbak yang tidak pernah beliau temui sebelumnya. Jibril عليه السلام pun menjelaskan, “Itulah wangi Masyitoh dan keluarganya yang syahid di jalan Allah.”
- Iman yang tulus dapat mengalahkan kemewahan dan ancaman kekuasaan.
- Keteguhan seorang ibu: mendidik dengan tauhid, bertahan dengan harapan surga.
- Allah memuliakan hamba-hamba-Nya yang sabar dan teguh, wanginya dikenang oleh langit.