Home

Bahaya Ghibah dan Fitnah

Sebuah Dosa Tak Terasa yang Menghancurkan Pahala

Ilustrasi berpikir negatif

Lisan: Pedang Bermata Dua

Lisan adalah anugerah Allah yang luar biasa. Dengannya kita bisa berzikir, menasihati, dan menyebarkan kebaikan. Namun, lisan juga bisa menjadi sumber malapetaka terbesar jika tidak dijaga. Perkataan yang kita anggap sepele bisa jadi memiliki bobot dosa yang sangat berat di sisi Allah SWT.

Mulut ini ibarat moncong teko; ia hanya mengeluarkan apa yang ada di dalamnya. Jika hati kita penuh kebaikan, maka lisan akan menuturkan hal-hal yang baik. Sebaliknya, jika hati dipenuhi kedengkian dan prasangka, maka yang keluar adalah hinaan, gunjingan, dan fitnah. Menghina orang lain sejatinya lebih menunjukkan kehinaan diri kita sendiri.

Dua Kisah Penuh Peringatan

1. Teguran Rasulullah kepada Aisyah r.a.

Suatu ketika, seorang wanita bertubuh pendek datang menemui Nabi Muhammad SAW. Setelah wanita itu pergi, Aisyah r.a. berkata, "Betapa pendeknya wanita itu." Mendengar itu, Rasulullah SAW langsung menegurnya dengan tegas, "Wahai Aisyah, kamu telah menggunjingnya (ghibah). Ucapanmu itu jika dicampurkan dengan air laut, niscaya akan mencemarinya." Ini menunjukkan betapa kotor dan berbahayanya dosa ghibah, bahkan hanya dengan mengomentari fisik seseorang.

2. Siksa Kubur Akibat Gemar Menguping

Dikisahkan ada seorang pria di Madinah yang saudara perempuannya meninggal dunia. Setelah prosesi pemakaman selesai, ia teringat bahwa kantong miliknya terjatuh ke dalam liang lahat. Ia pun kembali dan membongkar sedikit kuburan itu untuk mengambilnya. Betapa terkejutnya ia saat melihat kuburan saudarinya itu dipenuhi kobaran api yang menyala-nyala.

Dengan panik, ia menemui ibunya dan bertanya tentang amalan saudarinya semasa hidup. Sang ibu menjawab, "Anakku, saudarimu itu punya kebiasaan buruk. Ia sering menguping pembicaraan di rumah tetangga, lalu menyebarkan apa yang ia dengar kepada orang lain." Pria itu pun sadar, siksa kubur yang pedih itu adalah akibat dari kebiasaan ngerumpi dan menyebar fitnah, sebuah perbuatan yang tampak sepele namun sangat dimurkai Allah.

Peringatan Keras dalam Al-Qur'an

Allah SWT telah berulang kali memperingatkan hamba-Nya tentang bahaya dosa lisan. Berikut adalah beberapa di antaranya:

QS. Al-Hujuraat: 12

“...dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya...”

QS. Al-Hujuraat: 11

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olokkan kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olokkan)...”

QS. Al-Humazah: 1

“Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela.”

QS. Qaaf: 18

“Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya, melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.”

Nasihat Rasulullah dalam Hadits

Rasulullah SAW juga memberikan banyak petunjuk agar kita senantiasa menjaga lisan.

“Tahukah kamu apa ghibah itu?” Para sahabat menjawab: “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui”. Beliau bersabda: “Menyebut-nyebut sesuatu tentang saudaramu hal-hal yang dia tidak sukai”. (H.R. Muslim)

“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah berbicara yang baik-baik atau diam.” (H.R. Bukhari-Muslim)

“Kebanyakan dosa anak Adam karena lidahnya.” (H.R. Ath-Thabrani dan Al-Baihaqi)

"Tidak akan pernah masuk surga orang yang suka mengumpat (menyebar fitnah)." (H.R. Bukhari dan Muslim)

Mengapa Orang Melakukan Ghibah?

Ada beberapa alasan umum mengapa seseorang jatuh ke dalam perbuatan ghibah:

  1. Meredakan Amarah: Melampiaskan kekesalan pada seseorang dengan membicarakan keburukannya di belakang.
  2. Solidaritas Semu: Ikut-ikutan teman agar dianggap akrab dan tidak ketinggalan gosip.
  3. Meninggikan Diri: Merasa lebih baik dengan cara merendahkan atau menjelek-jelekkan orang lain.
  4. Bahan Candaan: Menjadikan aib orang lain sebagai lelucon untuk membuat orang tertawa.

Kapan Membicarakan Orang Lain Diperbolehkan?

Namun, ada enam kondisi di mana menyebutkan keburukan seseorang tidak tergolong ghibah yang diharamkan, karena adanya maslahat yang lebih besar:

  1. Meminta Keadilan: Melaporkan kezaliman seseorang kepada pihak yang berwenang (hakim, polisi).
  2. Minta Bantuan Mengubah Kemungkaran: Menyebutkan pelaku maksiat kepada orang yang diharapkan bisa menasihatinya.
  3. Meminta Fatwa: Bertanya kepada mufti/ustaz tentang suatu kasus dengan menyebutkan pelakunya, misal: "Suami saya berbuat begini, apa hukumnya?"
  4. Memperingatkan Kaum Muslimin: Memberi tahu tentang bahaya seseorang, misalnya penipu, atau memberikan kesaksian tentang cacatnya seorang perawi hadits.
  5. Membicarakan Orang yang Terang-terangan Berbuat Dosa: Menyebutkan kemaksiatan yang dilakukan seseorang secara terbuka dan tanpa rasa malu.
  6. Untuk Mengenali Seseorang: Menyebut seseorang dengan julukan yang sudah dikenal luas (misal: "Si Pincang"), selama tujuannya bukan untuk menghina.

Kesimpulan: Jaga Lisanmu!

Berita buruk tentang orang lain bukanlah untuk disebarluaskan, melainkan untuk menjadi cermin bagi introspeksi diri kita. Prasangka buruk, ghibah, fitnah, dan hinaan adalah akhlak tercela yang dapat menghancurkan iman dan mengantarkan pelakunya ke dalam murka Allah.

Ingatlah, setiap muslim haram atas muslim lainnya; darahnya, kehormatannya, dan hartanya. Allah tidak memandang rupa atau fisik kita, tetapi Dia melihat hati dan ketakwaan kita. Semoga Allah SWT senantiasa membimbing kita untuk menjaga lisan agar selalu menuturkan perkataan yang bermanfaat.

Komentar

times;