Banyak dari kita pengin memaknai awal tahun Islam. Wajar. Tapi biar makin mantap, kita cek lagi: apa yang jelas ada dalilnya, dan apa yang ternyata bukan tuntunan khusus di awal tahun. Santai saja—tujuan kita memperkuat adab dan rasa syukur.

Garis besarnya: mengikuti ajaran Nabi dan para sahabat adalah jangkar. Kalau mereka tidak mencontohkan amalan khusus menyambut awal tahun, kita aman menjaga diri dari hal-hal yang tidak ada tuntunannya.

Amalan yang sering disangka khusus awal tahun

  • Doa awal/akhir tahun khusus: tidak ada tuntunan baku yang sahih untuk momen khusus ini.
  • Puasa khusus awal/akhir tahun: tidak ada penetapan khusus; puasa sunnah yang sahih tetap dianjurkan sesuai waktunya (mis. Senin-Kamis, Ayyamul Bidh, Asyura).
  • Perayaan seremonial tahun baru hijriyah: pesta kembang api, dzikir jama’i khusus, shalat tertentu yang di-khusus-kan untuk pergantian tahun, atau pesta makan—ini tidak dicontohkan.
Inti sikap: kita sambut waktu dengan taqwa dan istikamah, bukan seremonial yang tak berdalil. Tambah hari, tambah kedewasaan—itu targetnya.

Bekal hati untuk Muharram

  • Perbanyak syukur: nikmat iman, waktu, dan kesempatan memperbaiki diri.
  • Jaga rutinitas sunnah: dzikir pagi-petang, tilawah, sedekah, dan akhlak baik—konsisten sepanjang tahun.
  • Belajar dari ulama: telusuri mana amalan sahih, mana yang lemah/tdk ada dalil. Tenang, tidak menghakimi.
  • Hindari menyerupai perayaan lain: fokus pada makna, bukan hingar-bingar.

Galeri

Gambar lama, rasa baru—muhasabah kecil menjelang Muharram.

Penutup yang ringan

Awal tahun hijriyah bagusnya jadi alarm batin: umur berkurang, semoga amal bertambah. Kita rayakan dengan ketaatan yang konsisten dan kepedulian—itu yang paling terasa sampai akhir.