Tentu, sebagai pengguna Linux, kita pasti sering dihadapkan pada pertanyaan ini: "Haruskah saya mengaktifkan pembaruan otomatis?"
Sebenarnya, tidak ada jawaban yang mutlak benar. Keputusan ini sepenuhnya ada di tangan Anda, sebagai pemilik atau administrator sistem. Mampu mengevaluasi fakta dan saran, lalu mengambil keputusan sendiri, itulah salah satu ciri administrator yang baik.
Kapan Sebaiknya Tidak?
Secara umum, jika mesin Anda adalah server kritis yang tidak boleh mengalami waktu henti tak terencana, sebaiknya hindari pembaruan otomatis. Bayangkan, tiba-tiba ada pembaruan yang gagal dan layanan penting Anda mati. Tentu ini akan sangat merepotkan, bukan?
Kapan Boleh?
Di luar skenario di atas, Anda bisa mempertimbangkan pembaruan otomatis. Contohnya, jika mesin Anda:
- Jarang Anda sentuh untuk pembaruan manual.
- Bukan mesin yang kritis, jadi waktu henti sesekali tidak masalah.
- Anda siap jika suatu saat harus datang langsung ke lokasi untuk perbaikan.
- Tidak memiliki data tak tergantikan atau sudah memiliki cadangan yang memadai.
Jika kriteria ini cocok, pembaruan otomatis mungkin adalah pilihan terbaik untuk menjaga keamanan sistem Anda.
Cara Mengaktifkan Pembaruan Otomatis
Di Fedora, kita bisa menggunakan paket dnf-automatic
untuk
mengunduh dan menginstal pembaruan secara otomatis.
sudo dnf install dnf-automatic
sudo nano /etc/dnf/automatic.conf
[commands]
apply_updates=True
reboot=when-needed
sudo systemctl enable --now dnf-automatic.timer
systemctl status dnf-automatic.timer
DNF di Fedora sudah dilengkapi pemeriksaan kunci GPG secara default. Ini memastikan paket yang diunduh tidak rusak atau dimodifikasi oleh pihak tak bertanggung jawab.
Namun, setiap paket tetap berpotensi bug meskipun melalui QA.
-
Pantau log: periksa
/var/log/dnf.log
secara berkala. - Aktifkan notifikasi email setelah setiap pembaruan.
- Notifikasi Saja: Unduh pembaruan dan kirim notifikasi email, tanpa menginstalnya.
- Jadwal Fleksibel: Gunakan auter untuk opsi penjadwalan lebih canggih, skrip kustom, dan reboot otomatis.
