πŸ—ΊοΈ 🏠

Pengalaman Sehari-hari Menggunakan KDE Linux

Diterjemahkan oleh Frijal dari artikel Hackaday | 3 Oktober 2025
Tampilan desktop KDE Plasma di laptop Thinkpad

Di antara para penulis di Hackaday, saya mungkin yang paling dikenal sebagai pengguna Linux. Saya sudah menggunakannya sejak pertengahan tahun 90-an, dimulai dengan Slackware di komputer 486. Selama bertahun-tahun, saya sudah mencoba berbagai macam *desktop environment*, dan favorit saya selalu yang ringan seperti XFCE.

Namun, belakangan ini saya mulai merasa ada yang kurang. Saya menggunakan laptop Thinkpad T430 yang sudah di-upgrade, sebuah mesin yang cukup bertenaga. Saya merasa, mungkin sudah saatnya mencoba sesuatu yang lebih modern dan kaya fitur. Setelah melihat beberapa ulasan, pilihan saya jatuh pada KDE Plasma. Saya memutuskan untuk memasang Kubuntu 22.04, sebuah rilis LTS (Long Term Support) yang menawarkan KDE di atas fondasi Ubuntu yang solid.

Kesan Pertama: Dunia yang Berbeda

Instalasinya berjalan mulus, dan saat pertama kali masuk ke desktop KDE Plasma, saya langsung terkesan. Tampilannya sangat modern, bersih, dan jujur saja, sangat indah. Berbeda dengan XFCE yang fungsional tapi terkesan 'tua', KDE terasa seperti sistem operasi dari masa depan. Efek transisi, transparansi jendela, dan tema default-nya benar-benar memanjakan mata.

"KDE Plasma bukan lagi KDE yang berat dan lambat seperti yang mungkin diingat oleh para pengguna Linux veteran. Sekarang ia terasa sangat responsif, bahkan di laptop saya yang sudah berumur."

Kustomisasi Tanpa Batas (Sampai Pusing!)

Salah satu kekuatan terbesar KDE adalah kemampuannya untuk dikustomisasi. Hampir semua aspek dari desktop bisa diubah. Mulai dari tema global, gaya jendela, ikon, hingga perilaku setiap sudut layar. Awalnya ini terasa luar biasa, saya bisa menghabiskan berjam-jam hanya untuk mencoba berbagai *widget* dan mengatur panel.

Namun, ini juga menjadi sedikit bumerang. Saking banyaknya pilihan, kadang saya merasa sedikit tersesat. Mau mengubah satu hal kecil saja, saya harus menavigasi melalui beberapa lapis menu pengaturan. Ini berbeda dengan XFCE di mana pengaturannya lebih sederhana dan langsung ke intinya.

Produktivitas Sehari-hari

Setelah melewati fase "bulan madu" kustomisasi, saya mulai menggunakannya untuk pekerjaan sehari-hari. Menulis artikel, mengedit gambar dengan GIMP, *coding* sederhana, dan tentu saja, *browsing*. Di sinilah KDE benar-benar bersinar.

Kesimpulan: Apakah Saya Akan Terus Menggunakannya?

Setelah beberapa minggu, saya bisa bilang bahwa saya sangat menikmati pengalaman menggunakan KDE Plasma. Meskipun kadang saya merindukan kesederhanaan XFCE, fitur-fitur modern dan tampilan yang indah dari KDE membuat pekerjaan sehari-hari menjadi lebih menyenangkan. Bagi siapa pun yang memiliki perangkat keras yang mumpuni dan ingin mencoba pengalaman desktop Linux yang modern, kaya fitur, dan bisa diatur sesuka hati, saya sangat merekomendasikan untuk mencoba KDE Plasma.

×