๐Ÿ—บ๏ธ ๐Ÿ 

Qordoba: Kilau Peradaban Andalusia

Pendidikan, literasi, kebersihan, dan lampu jalan sejak 950 M
Artikel โ€ข Dipublikasikan 25 Sep 2025
Memuat...
Memuat...
Memuat lokasi...

Andalusia itu bukan sekadar catatan sejarah, dia adalah cerita tentang kota yang hidup, masyarakat yang melek huruf, dan malam-malam yang terang benderang sejak abad ke-10.

Qordoba di masa Abdul Rahman al-Nasir

๐Ÿซ Di Qordoba pada masa Abdul Rahman al-Nasir, peradaban Islam mencapai puncak kejayaannya. Bayangkan saja, ada 27 sekolah yang menampung anak-anak yatim secara gratis, sebuah sistem pendidikan sosial yang bahkan di Eropa kala itu belum terpikirkan. Selain itu, berdiri 70 perpustakaan megah yang menyimpan ribuan manuskrip dari berbagai bidang ilmu, serta 3000 masjid yang bukan hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga pusat diskusi, kajian ilmu, dan aktivitas sosial masyarakat.

Catatan: Banyak masjid saat itu berfungsi sebagai โ€œcommunity hubโ€: ruang belajar, mediasi sosial, dan tempat menyebarkan ilmu keterampilan praktis.

Literasi yang merata

๐Ÿ“– Kondisi literasi masyarakat Andalusia pun luar biasa. Hampir mustahil menemukan seorang petani yang buta huruf. Mereka terbiasa membaca, menulis, dan berinteraksi dengan teks. Kontras sekali dengan keadaan raja-raja Eropa pada masa itu, yang bahkan tidak mampu menuliskan nama mereka sendiri. Perbedaan ini menunjukkan betapa seriusnya dunia Islam menggarap pendidikan sebagai fondasi peradaban. ๐Ÿ“• (Madaniyyat al-Muslimin, Joseph Kipp, hlm. 80)

Pendidikan perempuan

๐Ÿ“š Lebih jauh lagi, universitas pertama untuk pendidikan perempuan dibuka pada tahun 841 M di bawah pemerintahan Islam. Hal ini menandakan bahwa akses ilmu pengetahuan tidak dibatasi oleh gender. Bandingkan dengan Amerika Serikat, yang baru membuka universitas pertama untuk perempuan pada tahun 1821 M, itu pun setelah perdebatan panjang. Fakta ini memperlihatkan betapa Islam sejak awal menempatkan perempuan dalam posisi terhormat di bidang pendidikan.

Kebersihan dan standar hidup

๐Ÿšฟ Catatan orientalis Jerman Sigrid Hunke tentang ulama besar al-Turtushi sangat menarik. Saat beliau melakukan perjalanan ke negeri Franka (Eropa Barat), ia terkejut karena masyarakat di sana hanya mandi sekali setahun. Pakaian mereka pun jarang dicuci hingga compang-camping. Bandingkan dengan Baghdad pada masa yang sama, yang dipenuhi ribuan pemandian umum, tempat masyarakat menjaga kebersihan sesuai ajaran agama, menunjukkan standar hidup dan kesehatan masyarakat Muslim yang jauh lebih maju kala itu.

Kota yang menyala

๐Ÿ’ก Sebuah surat kabar Jerman pada abad ke-19 pernah menulis tentang listrik: โ€œCahaya manusia mengancam kegelapan ilahi.โ€ Padahal, jalan-jalan Qordoba sekitar tahun 950 M sudah dipenuhi lampu-lampu yang menerangi berbagai sudut kota. Hampir seribu tahun sebelum Eropa modern rutin mengenal penerangan publik, masyarakat Andalusia sudah menikmati malam yang aman dan terang. ๐Ÿ“• (Muntaqabat al-โ€˜Uwainid, hlm. 131โ€“132)

Rangkuman rasa

โœจ Kalau dirangkum, Andalusia bukan hanya unggul dalam spiritualitas, tetapi juga dalam pendidikan, kesehatan, teknologi, dan tata kota. Ia menjadi mercusuar ilmu yang sinarnya menerangi dunia, sementara sebagian Eropa masih tertatih di masa gelap. Pelajarannya: peradaban tumbuh dari perhatian pada manusia, dengan ilmu, kerapihan, dan keberlanjutan sebagai pondasi.

๐Ÿ’ฌ Komentar

times;