Dalam kehidupan sehari-hari, kita tidak bisa menghindari interaksi dengan orang lain. Namun, terkadang interaksi tersebut diwarnai dengan hal-hal yang tidak menyenangkan, salah satunya adalah pembicaraan di belakang. Sebuah video singkat dari kanal YouTube "Bendera Putih" (Video berjudul "Silakan Ceritakan Aku Sepuasmu.") dengan URL https://youtube.com/shorts/ZICVhIAXUCE, menggambarkan situasi ini dengan sangat menyentuh. Video tersebut menyoroti kisah seorang teman yang mengetahui bahwa ia sedang dibicarakan oleh temannya di belakang. Alih-alih marah atau membalas, ia justru menunjukkan kesabaran dan keikhlasan yang luar biasa. Perilaku menggunjing atau membicarakan aib orang lain yang sedang tidak hadir ini, dalam ajaran Islam, dikenal dengan istilah ghibah.

Apa Itu Ghibah dan Mengapa Dilarang?

Secara bahasa, ghibah berasal dari kata ghaib yang berarti tidak hadir. Dalam terminologi syariat Islam, ghibah adalah membicarakan hal-hal yang buruk atau aib tentang seseorang yang tidak hadir, yang jika ia mendengarnya, pasti tidak akan suka. Ghibah hukumnya adalah haram dan termasuk dosa besar.

Alasan utama mengapa ghibah dilarang sangatlah jelas dan tegas dalam Al-Qur'an dan Hadis. Allah SWT dalam Surah Al-Hujurat ayat 12 memberikan perumpamaan yang sangat mengerikan:


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ
                    

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Tobat lagi Maha Penyayang.”

Ayat ini secara eksplisit menyamakan ghibah dengan memakan daging bangkai saudara sendiri. Perumpamaan ini bukan tanpa sebab; ia menunjukkan betapa menjijikkan dan seriusnya perbuatan ghibah di sisi Allah SWT. Ghibah tidak hanya merusak hubungan sesama manusia, tetapi juga mencoreng kehormatan dan martabat orang lain.

Konsekuensi dan Dampak Buruk Ghibah

Melakukan ghibah secara terus-menerus tidak hanya menambah dosa, tetapi juga memiliki akibat yang merusak, baik di dunia maupun di akhirat:

  • Hilangnya Amal Kebaikan: Salah satu dampak paling merugikan adalah berpindahnya pahala amal kebaikan orang yang berghibah kepada orang yang dighibahi. Sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadis, “Barang siapa menzalimi saudaranya berupa menodai kehormatan (ghibah) atau mengambil sesuatu yang menjadi miliknya, hendaknya ia meminta kehalalannya… Sebelum tiba hari kiamat yang tidak akan bermanfaat lagi dinar dan dirham. Pada saat itu, bila ia mempunyai amal shalih maka akan diambil seukuran kezaliman yang ia perbuat. Bila tidak memiliki amal kebaikan, maka keburukan saudaranya akan diambil kemudian dibebankan kepadanya.” (HR. Bukhari).
  • Memicu Fitnah dan Permusuhan: Ghibah sering kali menjadi awal dari fitnah dan konflik. Pembicaraan yang tidak benar atau dilebih-lebihkan dapat merusak reputasi seseorang dan memicu perpecahan dalam masyarakat atau pertemanan.
  • Rusaknya Hati Pelaku: Ghibah dapat menumbuhkan penyakit hati seperti iri, dengki, dan merasa lebih baik dari orang lain. Hati yang dipenuhi penyakit akan sulit menerima nasihat dan kebaikan dari orang lain.
  • Dijauhi dan Hilang Kepercayaan: Orang yang dikenal suka berghibah akan kehilangan kepercayaan dari orang-orang di sekitarnya. Orang akan merasa tidak nyaman dan takut untuk berbagi cerita karena khawatir akan menjadi bahan gunjingan.

Pelajaran terpenting dari video pendek tersebut adalah bahwa kesabaran dan keikhlasan dalam menghadapi ghibah adalah sikap yang sangat mulia. Dengan tidak membalas keburukan dengan keburukan, seorang muslim tidak hanya menjaga hatinya, tetapi juga membiarkan Allah SWT yang akan membalas perbuatan buruk tersebut di akhirat. Semoga kita semua selalu diberi kekuatan untuk menjaga lisan dan menjauhi perbuatan ghibah.