Sejarah Lengkap Linux BlankOn

Sebuah perjalanan sistem operasi karya anak bangsa yang dirancang "pas" untuk pengguna Indonesia.

Di tengah dominasi sistem operasi global, Indonesia memiliki sebuah proyek membanggakan yang dikenal sebagai Linux BlankOn. Lebih dari sekadar sistem operasi, BlankOn adalah cerminan semangat gotong royong komunitas sumber terbuka di Indonesia. Distro ini dirancang secara khusus untuk memenuhi kebutuhan pengguna komputer di tanah air, mulai dari dukungan bahasa, konten lokal, hingga tampilan yang bernuansakan budaya Indonesia.

Tampilan Desktop Manokwari, lingkungan desktop khas Linux BlankOn

Awal Mula: Semangat Komunitas untuk Kemandirian

Proyek BlankOn digagas pada tahun 2007 oleh Yayasan Penggerak Linux Indonesia (YPLI) bekerja sama dengan Komunitas Ubuntu Indonesia. Latar belakangnya adalah keinginan untuk menciptakan sebuah distro Linux yang benar-benar sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan masyarakat Indonesia. Nama "BlankOn" sendiri diambil dari nama penutup kepala khas beberapa suku di Indonesia, yang melambangkan identitas dan kemandirian.

Rilis perdana, BlankOn 1.0 "Bianglala", meluncur pada tahun 2008. Sejak awal, proyek ini dikembangkan secara terbuka dan melibatkan kontribusi dari berbagai individu dan kelompok di seluruh Indonesia, mulai dari programmer, desainer grafis, penerjemah, hingga pengguna biasa yang memberikan masukan.

Sistem Operasi Dasar: Evolusi dari Ubuntu ke Debian

Pada awalnya, BlankOn dibangun di atas fondasi yang sangat populer, yaitu Ubuntu. Rilis-rilis awal, dari versi 1.0 hingga 8.0 "Rote", menggunakan Ubuntu sebagai basisnya. Pilihan ini memungkinkan tim pengembang untuk fokus pada kustomisasi, lokalisasi, dan penambahan fitur khas Indonesia tanpa harus membangun sistem dari nol.

Namun, sebuah perubahan strategis terjadi. Dimulai dari rilis BlankOn X "Tambora", tim pengembang memutuskan untuk beralih basis dari Ubuntu ke "induk"-nya langsung, yaitu Debian. Alasan di balik migrasi ini antara lain untuk mendapatkan kontrol yang lebih besar atas paket-paket dasar, siklus rilis yang lebih stabil, dan untuk membangun infrastruktur yang lebih mandiri. Hingga kini, BlankOn terus dikembangkan di atas fondasi Debian yang terkenal akan kestabilan dan keamanannya.

Logo Linux BlankOn yang khas

Fitur Khas: Cita Rasa Indonesia

Yang membuat BlankOn istimewa adalah sentuhan lokal yang kental di dalamnya. Berikut adalah beberapa fitur unggulannya:

Karena kini berbasis Debian, perintah untuk memutakhirkan sistem menggunakan manajer paket `apt`:

sudo apt update && sudo apt upgrade

Bagaimana Nasib BlankOn di Tahun 2025?

Ini adalah topik yang kompleks. Perlu diakui bahwa dalam beberapa tahun terakhir, siklus pengembangan BlankOn mengalami perlambatan. Rilis stabil terakhir adalah BlankOn XI "Uluwatu" pada tahun 2018 yang berbasis Debian 9 "Stretch". Setelah itu, pengembangan BlankOn XII "Verbeek" (berbasis Debian 10) telah dimulai namun belum mencapai rilis stabil final hingga saat ini.

Dengan kondisi tersebut, sulit untuk memprediksi secara pasti apakah pada tahun 2025 BlankOn akan mencapai versi tertentu. Namun, semangat komunitas masih ada. Jika proyek ini berhasil direvitalisasi, ada kemungkinan kita akan melihat rilis baru, mungkin BlankOn XIII, yang akan melompati beberapa versi Debian dan langsung menargetkan basis yang lebih modern seperti Debian 12 "Bookworm" atau bahkan Debian 13 "Trixie" yang diperkirakan rilis pada pertengahan 2025.

Masa depan BlankOn sangat bergantung pada partisipasi aktif dari para pengembang dan komunitasnya. Meskipun menghadapi tantangan, BlankOn tetap menjadi simbol penting dari kemampuan dan semangat gotong royong komunitas teknologi di Indonesia.

Komentar

times;