Prolog
Setelah wafatnya Musa dan Harun, Bani Israil menyimpan peninggalan suci dalam sebuah peti: Tabut Ketenangan. Kehadirannya membawa rasa aman dan jadi “tanda menang” di masa jaya. Ketika melemah, Tabut itu dirampas Jalut. Lalu datang Nabi Samuel (seorang nabi bernama Syamu'il atau Samwil yang tidak disebutkan namanya secara eksplisit dalam Al-Qur'an, tetapi dirujuk melalui kisahnya di Surah Al-Baqarah), menata kembali umat, dan atas wahyu menunjuk Thalut sebagai raja, meski bukan bangsawan. Tanda kerajaannya? Tabut kembali, dibawa malaikat.
Thalut menguji pasukan
Menuju medan perang, Thalut memberi aturan: jangan minum dari sungai kecuali sekadar ciduk dengan tangan. Mayoritas tak tahan, hanya segelintir yang lolos. Itulah tim inti: kecil jumlah, besar nyali.
Jalut menantang, Dawud maju
Jalut menantang duel satu lawan satu. Thalut berjanji: siapa menang, dinikahkan dengan putrinya dan diangkat jadi raja. Seorang pemuda, Dawud, melangkah. Dengan ketapel dan batu, ia menumbangkan raksasa. Pasukan Amalek porak-poranda. Janji ditepati Dawud menggabungkan kenabian dan kerajaan.
Ayat Al-Qur’an terkait Tabut, Thalut, dan ujian sungai
وَقَالَ لَهُمْ نَبِيُّهُمْ إِنَّ آيَةَ مُلْكِهِ أَنْ يَأْتِيَكُمُ التَّابُوتُ فِيهِ سَكِينَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَبَقِيَّةٌ مِمَّا تَرَكَ آلُ مُوسَى وَآلُ هَارُونَ تَحْمِلُهُ الْمَلَائِكَةُ ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَةً لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
Al-Baqarah (2): 248 “Nabi mereka berkata, ‘Sesungguhnya tanda ia (Thalut) menjadi raja ialah kembalinya Tabut kepada kamu, di dalamnya terdapat ketenangan dari Tuhanmu dan sisa peninggalan keluarga Musa dan Harun yang dibawa oleh para malaikat. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda bagimu jika kamu benar-benar orang beriman.’”
Tafsir singkat: Legitimasi kepemimpinan Thalut ditetapkan dengan tanda langit: Tabut kembali, membawa sakīnah (ketenangan) dan peninggalan suci menumbuhkan kepercayaan kolektif.
فَلَمَّا فَصَلَ طَالُوتُ بِالْجُنُودِ قَالَ إِنَّ اللَّهَ مُبْتَلِيكُمْ بِنَهَرٍ ۖ فَمَنْ شَرِبَ مِنْهُ فَلَيْسَ مِنِّي وَمَنْ لَمْ يَطْعَمْهُ فَإِنَّهُ مِنِّي إِلَّا مَنْ اغْتَرَفَ غُرْفَةً بِيَدِهِ ۚ فَشَرِبُوا مِنْهُ إِلَّا قَلِيلًا مِنْهُمْ ۚ فَلَمَّا جَاوَزَهُ هُوَ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ قَالُوا لَا طَاقَةَ لَنَا الْيَوْمَ بِجَالُوتَ وَجُنُودِهِ ۚ قَالَ الَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُمْ مُلَاقُو اللَّهِ كَمْ مِنْ فِئَةٍ قَلِيلَةٍ غَلَبَتْ فِئَةً كَثِيرَةً بِإِذْنِ اللَّهِ ۗ وَاللَّهُ مَعَ الصَّابِرِينَ
Al-Baqarah (2): 249 “Maka ketika Thalut berangkat bersama tentara, ia berkata, ‘Sesungguhnya Allah akan menguji kalian dengan sebuah sungai. Barang siapa meminum darinya, maka ia bukan dari golonganku. Dan barang siapa yang tidak meminumnya, maka ia termasuk golonganku, kecuali orang yang mengambil sedikit dengan tangannya.’ Tetapi mereka meminumnya, kecuali sedikit dari mereka. Maka ketika ia dan orang-orang yang beriman bersamanya menyeberangi sungai itu, mereka berkata, ‘Kami tidak kuat lagi hari ini untuk melawan Jalut dan pasukannya.’ Orang-orang yang yakin bahwa mereka akan bertemu dengan Allah berkata, ‘Betapa banyak kelompok kecil yang mengalahkan kelompok besar dengan izin Allah. Dan Allah bersama orang-orang yang sabar.’”
Tafsir singkat: Ujian sederhana menyingkap disiplin dan iman. Kemenangan bukan soal jumlah, tapi izin Allah dan kesabaran nyata di lapangan.
📖 Tafsir tematik & hikmah
- 🕊️ Sakīnah kolektif: Tabut menumbuhkan ketenangan sosial kepercayaan bersama itu “modal perang” yang tak terlihat.
- 👑 Kepemimpinan berbasis tanda: Thalut bukan bangsawan, tapi ditetapkan wahyu kriteria kepemimpinan melampaui nasab.
- 🚰 Disiplin di bawah lelah: Ujian sungai mengukur komitmen ketika fisik menuntut kompromi.
- ⚔️ Sedikit mengalahkan banyak: Strategi, iman, dan kesabaran menutup jarak numerik.
- 🏹 Keberanian taktis Dawud: Mengubah permainan dengan alat sederhana ketepatan, timing, dan keyakinan.
- 📜 Warisan suci sebagai identitas: Peninggalan Musa–Harun menjaga memori moral, mengikat umat pada nilai-nilai lurus.