Namaku UANG - atau kalau akrab, DUIT
Aku terlihat biasa: kertas, logam, atau angka di layar. Tubuhku lemah tak bernyawa. Tapi percayalah, aku punya kekuatan besar - cukup untuk mengubah tatanan dunia dan perilaku manusia.

Aku Mengubah Manusia - Bukan Karena Aku Jahat
Aku bukan iblis. Aku hanyalah alat - alat tukar, alat ukur nilai, dan alat pemicu aktivitas ekonomi. Namun ketika manusia mulai memusatkan tujuan hidupnya padaku, ketika aku jadi tolok ukur harga diri dan kehormatan, di situlah masalah dimulai.
Dampak Sosial yang Nyata
Karena aku, banyak hubungan yang retak: suami-istri berpisah, saudara berseteru, teman berkhianat. Banyak pula perilaku tercela muncul: korupsi, penipuan, pemaksaan, atau menjadikan agamanya sebagai pembenaran demi keuntungan materi.
Uang Sebagai Pelayan, Bukan Tuhan
Seharusnya aku melayani manusia: mempermudah transaksi, memungkinkan perencanaan, dan membantu menolong sesama. Tapi ketika aku dijadikan tujuan akhir - diidolakan, disembah, atau dijadikan standar mutlak - akibatnya fatal.
Peringatan Terakhir
Aku tidak dapat menambah umurmu. Aku tidak bisa menebus dosa, menemanimu saat kau dipanggil Sang Pencipta, atau menggantikan hubunganmu dengan Tuhan dan sesama. Pada akhirnya, setiap manusia akan mempertanggungjawabkan bagaimana ia menggunakan aku selama hidup.
Bagaimana Menanggapi Godaan Aku?
- Sadari fungsi dasar: anggap uang sebagai alat, bukan identitas.
- Bangun prioritas: utamakan hubungan, integritas, dan tanggung jawab sosial di atas akumulasi materi semata.
- Praktikkan kemurahan hati: gunakan sebagian rezeki untuk menolong orang lain; memberi melatih hati agar tak menjadi budak uang.
- Perkuat etika: dalam pekerjaan dan kehidupan publik, tepati amanah dan hindari cara-cara yang merusak moral.
Akhirnya, pesan singkat dariku: Aku tidak ada di surga. Jadi jangan berharap aku ikut bersamamu di sana - gunakanlah aku sebaik-baiknya selama kau hidup di dunia ini.